BABAKAN MADANG, HRB – Di Jawa Barat, ada beberapa kawasan alam yang telah dikembangkan menjadi destinasi ekowisata untuk menyokong ekonomi masyarakat di sekitarnya. Salah satunya adalah Curug Barong Leuwi Hejo atau lebih dikenal dengan sebutan Curug Leuwi Hejo di Kawasan Perum Perhutani KPH Bogor petak 4b RPH Babakan Madang BKPH Bogor yang terletak di wilayah administrasi Desa Karang Tengah.
Kawasan pegunungan ini memiliki sejumlah Curug dan panorama alam hutan pegunungan. Proses pengembangan sebuah kawasan menjadi ekowisata tidak semudah membalikan telapak tangan.
Pasalnya, selain terdapat peraturan yang mengikat dalam perjanjian kerjasama juga diperlukan pengelolaan kolaboratif dan berkesinambungan yang melibatkan pemerintah, masyarakat setempat serta pihak-pihak terkait lainnya.
Seperti diketahui, belum lama ini Perum Perhutani/KPH Bogor telah menyepakati Perjanjian Kerja Sama (PKS) dan Nota Kesepakatan Kerja (NKK) dengan Pengusaha Tjutju Supriawan Sip, pada 17 Juni 2022 tentang pengolahan lahan wisata seluas 18,5 hektar.
Kepala Seksi Produksi dan Ekowisata Perum Perhutani/KPH Bogor, Edwin Hafidz membenarkan bahwa hutan sebagai ekosistem yang pengelolaannya berbasis sumber daya berkelanjutan, berorientasi sosial, memanfaatkan lingkungan sekitar, untuk lebih aktif mengikutsertakan masyarakat sekitar mengelola hutan.
Pihaknya pun menegaskan kewajiban bagi pengelola wisata alam, untuk terus memelihara sarana dan prasarana dan harus mematuhi ketentuan maksimal 10% dari keluasan yang dikerjasamakan serta memperhatikan kaidah konservasi sumber daya alam dan disetujui oleh Perum Perhutani.
Dirinya mengingatkan, ketentuan yang melibatkan masyarakat juga perlu mengedepankan pengelolaan pengamanan kebersihan dan ketertiban, serta bersedia menerima teguran dari Perum Perhutani apabila terjadi pelanggaran pelanggaran yang tidak sesuai peraturan yang diberlakukan.
“Ketika masyarakat setempat telah menerima manfaat ekonomi dari keberadaan ekowisata, dengan sendirinya mereka akan berusaha menjaga dan melestarikan daerah tersebut,” pesan Edwin Hafiz, ketika dihubungi Rakyat Bogor, Selasa (19/7/2022).
Sementara sebagai langkah awal, Pengelola Pesona Leuwi Hejo, Tjutju Supriawan Sip, mengatakan telah menanam pohon sebanyak 600 bibit jenis mkalitus salam mahoni nangka alpukat diatas lahan seluas 1 hektar di Bukit Leutik Leuwi Hejo.
Kemudian secara bertahap akan menanam pohon hingga 8000 bibit diatas lahan seluas 18,5 hektar sebagai salah satu kewajiban bagi pengelola kawasan tersebut. “Sejumlah kewajiban akan kami penuhi secara bertahap, seperti kebersihan lingkungan alam, menjaga kelestarian alam, mengantisipasi keselamatan pengunjung, dan lainnya,’ ungkapnya.
“Rencananya akan ada pemilahan sampah organik dan non organik dari sampah yang kami bersihkan mulai yang ada di permukaan tanah sampai di aliran Sungai Ciherang,” tambah pengusaha industri pariwisata ini.
Tujuannya, kata Tjutju lagi, untuk mewujudkan ekowisata yang mendukung kelestarian alam hayati, serta wisatawan diajak untuk berwisata dengan cara-cara yang ramah lingkungan. Wisatawan juga diberikan edukasi untuk turut bertanggung jawab terhadap kelestarian alam dan keanekaragaman hayati.
“Mengenai fasilitas dan wahana yang terbaru akan kami mulai kerjakan pada awal Agustus 2022, seperti lahan berkemah seluas 3000 meter, toilet, gazebo, pusat kuliner, berkuda, jalur tracking, homestay berupa Kampung Jadul yang dibangun dari bahan alami,” jelasnya seraya menambahkan untuk harga tirket per orangnya sangat terjangkau untuk masyarakat lapisan bawah. (Cky)
Tags: Curug Leuwi Hejo
-
Kirab Merah Putih 1001 Meter Akan Dihelat Di Kebumen, Catat Tanggalnya
-
Distributor Kopgim Tandatangan SPJB dengan Kios Pupuk Bersubsidi Bogor
-
Pengumuman PSU DPKPP
-
Merasa Telah Tempuh Perizinan, Pemilik Resto Puncak Asri Merasa Diperlakukan Tidak Adil Oleh Pemkab Bogor