Cisarua, HRB
Hampir separuh wilayah Kabupaten Bogor terdampak kekeringan akibat perubahan cuaca, termasuk juga sejumlah wilayah Rukun Warga (RW) di kawasan Puncak. Dilaporkan, sebanyak 12 kecamatan, 30 desa dan 49,555 jiwa kesulitan air bersih akibat anomali perubahan cuaca, bahkan beberapa sektor pertanian harus alami gagal panen.
“Dengan perubahan iklim ini seharusnya pemerintah Kabupaten Bogor melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) melakukan upaya atau antisipasi terhadap beberapa wilayah yang berpotensi alami kekeringan,” ungkap Wakil Ketua DPRD Kabupaten Bogor, Wawan Haikal Kurdi, kepada wartawan dalam kegiatan di Cisarua, Minggu (13/8/2023).
Dengan perubahan cuaca yang melanda Kabupaten Bogor juga beberapa wilayah yang alami kekeringan. Seharusnya Pemkab Bogor, lanjut Wawan, mempersiapkan diri serta segera menangani warga yang alami kekeringan. “Seharusnya Pemkab Bogor melalui BPBD mempersiapkan diri terhadap wilayah-wilayah yang terdampak kekeringan dan juga harus ada aksi nyata ke setiap wilayah,” ujarnya.
Ia mengatakan, Dewan juga meminta agar BPBD lebih gercep dalam menyikapi persoalaan lingkungan serta lebih meningkatkan konsolidasi antar dinas dan stakholder lalinya. “Kita meminta BPBD lebih konsolidasi terhadap Kecamatan dan Desa dan juga BPBD bisa berkoordinasi dengan dinas terkait seperti PDAM,” kata Wanhai, sapaan akrabnya.
Lebih lanjut, ia meminta agar BPBD Kabupaten Bogor bisa lebih aktif dalam menyikapi persoalaan anomali cuaca, sehingga dampak yang dirasakan oleh masyarakat bisa sedikit tertangani. “Saya meminta kedepan BPBD lebih jeli terhadap anomali perubahan cuaca yang terjadi di Kabupaten Bogor,” lanjutnya.
Sebelumnya diberitakan, kekurangan air melanda warga di 3 wilayah RW pada 2 kampung di Desa Cikopo, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Jabar). Kondisi wilayah Puncak kekurangan air diduga dipicu turunnya curah hujan.
“Sebetulnya tadi, bahwa air tanah itu air tanah dangkal. Jadi ketika tinggi curah hujan sedang turun, tentunya berpengaruh terhadap ketersediaan air yang berasal dari air tanah dangkal,” kata Plt Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bogor Asep Sulaeman saat dihubungi, Kamis (3/8/2023) lalu.
Asep mengatakan sejauh ini kondisi di 2 kampung di Puncak, Bogor, itu belum sampai pada status kekeringan. Pihaknya sudah dikerahkan untuk mengirim bantuan air bersih ke kawasan tersebut. “Jadi, intinya sih hanya kekurangan air bersih. Kalau kekeringan sudah melanda luas, masuk pertanian. Iya dan tidak semua desa (di Puncak). Misal Cisarua, kan nggak semua desa, hanya Cikopo saja,” ungkapnya.
Kondisi kekurangan ini diduga karena intensitas hujan menurun belakangan waktu ini sehingga sumber mata air warga 2 kampung berkurang. “Disebabkan intensitas hujan yang menurun di wilayah tersebut sehingga mengakibatkan sumber mata air warga berkurang,” kata Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Bogor Aris Nurjatmiko dalam keterangannya.
Diketahui, terdapat 3 RW dari 2 kampung tersebut yang sumber mata airnya berkurang sehingga membuat warga kesulitan air bersih. Pertama, di Kampung Sukamulya, sebanyak 360 jiwa terdampak. Petugas BPBD membagikan 5.000 liter air bersih. Kedua, di RW 09 Kampung Cikodom, 300 jiwa terdampak. Air bersih dibagikan petugas sebanyak 2.500 liter.
Terakhir, di RW 11 Kampung Cikodom sebanyak 360 jiwa terdampak. Petugas BPBD membagikan 2.500 liter air bersih untuk warga. “Situasi saat ini sementara ini di beberapa kampung pendistribusian air bersih sudah dilakukan. Masih terdapat 2 kampung yang masih membutuhkan air bersih di desa tersebut,” pungkas Aris. (Cky)
Tags: kekeringan
-
Merasa Telah Tempuh Perizinan, Pemilik Resto Puncak Asri Merasa Diperlakukan Tidak Adil Oleh Pemkab Bogor
-
PWI Kabupaten Bogor Laksanakan Upacara HUT RI ke-79
-
PWI Kota Bogor Sehatkan Wartawan Lewat Program Jumat Sehat
-
Berto Tumpal Harianja : Kejanggalan Putusan PN Cibinong Harus Diusut