Nanggung, HRB – Sejumlah persoalan harus dirasakan oleh para petani di Desa Kalongliud, Kecamatan Nanggung, sulit dan mahalnya harga pupuk juga imbas dari minimnya sumber air untuk mengaliri lahan persawahan akibat musim kemarau ditambah belum dibangunnya Bendung Cibongas yang jebol.
Banyaknya petani padi yang beralih komoditi dengan menanam tanaman seperti sayur-sayuran juga terkendala modal dan tingginya harga dan sulitnya mendapat pupuk seolah menambah persoalan.
Salah satu petani di Desa Kalongliud, Ajat (59) mengatakan, beralih fungsi lahan persawahan menjadi ladang pertanian itu membuat pengeluaran petani lebih besar dari biasanya.
“Tadinya kami tani sawah tapi sekarang berubah menjadi tanaman sayuran, kekeringan kali ini sangat susah terutama air mandi juga sering tidak ada air,” ungkap Ajat kepada wartawan kemarin.
Ajat mengatakan, selain mahal, pupuk saat ini bahkan susah untuk didapat.
“Padahal kami bukan untuk minta, tapi pengen beli pupuk, tapi susahnya minta ampun, kita cari ke wilayah lain kan tidak bisa, katanya harus di wilayah masing-masing tapi kalau disini selalu kehabisan ya mau gimana lagi,” katanya.
Dia mengaku harus rela mengeluarkan ongkos lebih tinggi bila ketersediaan pupuk pun masih ada untuk dibeli.
“Biasanya kalau pakai kartu tani, harganya 120 tapi kalau tidak pakai kartu harganya bisa sampai 180 ribuan per karung,” katanya.
Dia mengaku dengan beralih fungsinya lahan persawahan menjadi kebun sayuran membuat pengeluaran lebih tinggi dari biasanya.
“Kalau bercocok tanam padi memang pengeluaran sedikit kecil daripada tanaman sayuran ini yang modalnya sampai puluhan juta, kami terpaksa saja beralih fungsi karena susah nya air,” katanya.
Sementara itu, Kepala Desa Kalongliud, Jani Nurjaman membenarkan terkait adanya para petani yang beralih komoditi yang awalnya petani padi menjadi petani hortikultura.
“Tetapi perkembangan pertanian sayuran ini juga ada yang berhasil ada juga yang gagal panen karena tidak adanya aliran air untuk menyiram tanaman,” katanya
Selain itu, salah satu penyebab terjadinya kekeringan selain saat ini wilayah tersebut dilanda kekeringan juga dampak atas jebolnya Bendung Cibongas yang sampai saat ini tak kunjung di bangun
“Yang dialiri bendung cibongas itu untuk 80 hektare lahan pertanian tetapi yang kekeringan saat ini diatas 100 hektare artinya satu desa,” katanya
Jani Nurjaman mengatakan, terkait dengan gagal panen tentu akan berdampak pada sektor ekonomi warganya yang mayoritas merupakan petani.
“Jadi, sekarang itu yang tadinya berprofesi sebagai petani. Akibat tidak adanya sumber air akhirnya ada sebagian yang alih komoditi yang punya modal, dan ada sebagian yang tidak melakukan kegiatan pertanian karena tidak punya air. Karena apa, karena kalau berbicara alih komoditi ke sayur mayur ini cost anggarannya lebih besar dari pada padi. Jadi, hanya sebagian petani saja yang alih komoditi dan itu pun juga kami integrasikan dengan Program Ketahanan Pangan Desa,” katanya.
Sementara itu, kata dia, bantuan air yang disalurkan dari berbagai pihak untuk wilayah nya tersebut hanya mencukupi kebutuhan rumah tangga saja.
Bantuan bantuan air dari berbagai pihak diantaranya dari desa dilakukan secara berkelanjutan dengan kapasitas kecil dibantu juga oleh pihak PT. Antam Pongkor dari Kementerian PUPR melalui BBWS Cisadane-Ciliwung dan juga dari BPBD Kabupaten Bogor.
“Yang kami salurkan untuk masyarakat ini hanya untuk memenuhi kebutuhan, minum, masak dan adapun untuk kebutuhan MCK ini lebih memanfaatkan Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikaniki,” katanya.
Menurut Jani Nurjaman, mengingat wilayah Desa Kalongliud masuk kedalam desa agraris yang mayoritas lahan di wilayahnya merupakan lahan basah dan peruntukannya untuk lahan pertanian yaitu petani padi.
“Yang mana Desa Kalongliud ini juga pernah dicanangkan menjadi desa lumbung padi, desa jajar legowo juga. Sehingga dengan terjadinya bendung cibongas tersebut ini jebol sehingga perlunya segera membangun bendung cibongas ini agar warga masyarakat khususnya para petani ini dapat segera melaksanakan aktivitas pertanian,” katanya.
Lebih lanjut dirinya menyampaikan harapannya, bahwa imbas jiga dibangunnya bendungan yang jebol tersebut akan berpengaruh terhadap resapan air warga.
“Terutama sumur-sumur warga tidak akan terlalu kering dan harapan kami selanjutnya untuk mengantisipasi kemarau dikemudian hari karena kami juga tidak tahu musim kemarau ini akan terjadi atau tidaknya, kami berharap juga kepada pemerintah pihak terkait untuk membuatkan sumur bor sebagai sarana air bersih bagi warga sebagai alternatif guna menjawab agar di wilayah kami ini tidak terlalu sulit untuk mendapat air bersih,” katanya. (Fex)
-
Pengumuman PSU DPKPP
-
Merasa Telah Tempuh Perizinan, Pemilik Resto Puncak Asri Merasa Diperlakukan Tidak Adil Oleh Pemkab Bogor
-
PWI Kabupaten Bogor Laksanakan Upacara HUT RI ke-79
-
PWI Kota Bogor Sehatkan Wartawan Lewat Program Jumat Sehat