Cibinong, HRB – Pengamat Tata Kota dari Universitas Trisakti, Yayat Supriatna mengkritisi sikap Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor yang dinilainya terlalu lamban dalam menangani kemacetan lalu lintas di beberapa titik.
Menurutnya, tak hanya Pakansari, Jalan Raya Dramaga tepatnya depan Hotel Duta Berlian, Simpang Ciawi dan Jalan Raya Kemang-Parung kini menjadi simpul kesemrawutan yang banyak dikeluhkan warga.
“Pemkab Bogor harus berani mengambil langkah untuk mengurai kesemrawutan ini. Karena kalau dibiarkan justru akan timbul masalah baru di kemudian hari dengan hadirnya titik-titik macet baru,” ujarnya, Minggu (18/9/2022).
Lebih lanjut, Yayat juga menyesalkan sikap Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Bogor yang dinilainya terlalu kaku dalam mengambil kebijakan.
“Saya sudah kesal karena kalau disampaikan soal kemacetan ini. Misalnya, dalam kemacetan di Kemang, dengan adanya truk-truk tonase. Jawabannya selalu klise, bukan wewenang lah, status jalannya lah. Kenapa sih gak berani ambil tindakan tegas?. Agar tidak menjadi kebiasaan di masyarakat,” geramnya.
Khusus wilayah Pakansari, Yayat menilai perlu adanya sebuah konsep, khususnya terkait transportasi di areal ini.
“Pakansari itu ikon Kabupaten Bogor. Program program Cibinong Beautification Project akan percuma. Beautification sudah dibangun dari mulai infrastruktur, pedestrian tapi kalau tak ada tindakan dalam mengurai lalu lintasnya akan percuma saja,” urainya.
Ya, tak dipungkiri memang jika kawasan Pakansari, kini menjadi destinasi wisata murah meriah warga Kabupaten Bogor. Namun, potensi ini sepertinya kurang mendapat perhatian khusus dari Pemerintah Daerah (Pemda).
Buktinya, lokasi ini kerap menjadi titik kesemrawutan utama di Cibinong. Khususnya di akhir pekan. Ironisnya, di sekitaran lokasi terdapat beberapa anggota Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan Dishub, yang bertugas menjaga keamanan dan ketertiban kawasan Pakansari.
“Hampir satu jam saya stag macet di Pakansari. Sudah gitu, banyak parkir motor di badan jalan yang membuat ruas lalu lalang menyempit. Petugas Satpol PP dan Dishub juga anteng-anteng aja lagi. Duduk ngopi-ngopi,” geram Hana (41), salah seorang warga Cimahpar saat melintas Minggu (18/9/2022) petang.
Kekesalan serupa juga diungkap Jodi (38),warga Citeureup yang mengeluhkan parkir di Pakansari. Menurutnya, tarif parkir yang dikenakan sangat mahal. “Untuk motor Rp5000,- dan untuk mobil Rp10 ribu. Kita kesini kan karena murah tapi malah ditembak harga parkir,” keluhnya.
Kekesalan Hana dan Jodi, memang bukan tanpa alasan. Sebab, sepanjang ruas jalan mulai dari Simpang Sentul hingga Pakansari dan Jalan Tegar Beriman, tak hanya tidak dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai, tapi juga tak dibarengi dengan sikap tegas Pemkab Bogor dalam mengatur tata wilayah tersebut.
Dampaknya pun bisa ditebak. Kawasan Pakansari kembali semrawut dan kumuh. Pedestrian yang dibangun dengan dana miliaran rupiah justru menjadi tempat mangkal baru para Pedagang Kaki Lima (PKL), ditambah dengan parkir kendaraan milik warga yang sembarangan hingga membuat ruas itu menyempit dan tentunya menimbulkan arus lalu lintas tersendat. (fuz/djm)
Tags: Pengamat Perkotaan
-
Merasa Telah Tempuh Perizinan, Pemilik Resto Puncak Asri Merasa Diperlakukan Tidak Adil Oleh Pemkab Bogor
-
PWI Kabupaten Bogor Laksanakan Upacara HUT RI ke-79
-
PWI Kota Bogor Sehatkan Wartawan Lewat Program Jumat Sehat
-
Berto Tumpal Harianja : Kejanggalan Putusan PN Cibinong Harus Diusut