Ciawi, rakyatbogor.net – Sampah merupakan masalah yang hingga saat ini belum bisa dientaskan, tak terkecuali bagi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor. Bahkan, dari data yang didapat dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH), setiap hari warga Bumi Tegar Beriman menghasilkan sampah hingga 2.900 ton per-harinya.
Angka ini kian diprediksi bertambah mengingat banyaknya kantung-kantung sampah illegal di seantero Kabupaten Bogor. Di Puncak, misalnya. Kendati diklaim tak meningkat secara signifikan, namun tetap saja Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Sampah Wilayah III Ciawi tetap harus mengerahkan 28 armada truk untuk mengangkut sampah bekas malam tahun baru di sepanjang Jalan Raya Puncak.
“Walaupun ada beberapa kendala. Tapi, sudah kami bereskan,” kata Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Sampah Wilayah III Ciawi, Rudi Andryanto seraya mengatakan peningkatan volume sampah ini tidak terlalu signifikan.
Senada dengan Rudi, Ketua Forum Wisata Puncak Bersih (WPB) Tedi Rukamana juga membenarkan jika ada peningkatan sampah di sejumlah vila di kawasan Puncak pasca pergantian tahun baru mengalami peningkatan. “Ya faktanya berbeda, karena kita menyisir vila-vila dan sampahnya lumayan banyak,” ucapnya
Tak hanya itu, ia pun menyebutkan masih banyak lokasi di kawan Puncak yang dipenuhi sampah tak bertuan yang memerlukan penanganan khusus. Sampah tersebut kata dia, berasal dari warga sekitar dan warga luar.
“Salah satunya di jalur alternatif Cikopo Selatan. Di sana banyak sampah berceceran hampir disepanjang jalan. Dan hal itu juga harus disikapi oleh pihak terkait. Jangan hanya sampah berbayar saja,” tandasnya.
Di wilayah Timur, justru lebih miris. Sebuah jembatan penghubung antar kecamatan di wilayah timur Kabupaten Bogor kini berubah fungsi. Tak lagi menjadi penyambung antar wilayah, melainkan tempat sampah.
Dari hasil penelusuran Rakyat Bogor pada Rabu (5/1/2022), jembatan yang menghubungkan Cariu dengan Tanjungsari dan Kecamatan Jonggol dipenuhi timbunan sampah buangan warga. ironisnya, hal itu terjadi sejak lama dan terkesan dibiarkan begitu saja.
Parahnya, papan larangan dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) yang jelas-jelas terpampang di atas jembatan tersebut tak membuat takut para pembuang sampah liar tersebut. Sebuah bukti tidak berdayanya pemerintah.
Menurut keterangan warga sekitar, Andi (35), timbunan sampah itu sudah ada sejak enam bulan terakhir. Menurutnya, sampah-sampah tersebut berasal dari warga yang melintas, yang dengan se-enaknya membuang sampah di malam hari. “Pembuang sampah tersebut kemungkinan berasal dari luar daerah, tetapi ada kemungkinan juga mereka berasal dari lingkungan terdekat,” katanya kepada Rakyat Bogor tak jauh dari lokasi.
Keberadaan sampah ini pun mendapat tanggapan serius dari aktivis peduli lingkungan, Sabilah yang mengaku geram. Ia pun mengkritisi pemerintah maupun Satuan Tugas (Satgas) Lingkungan yang terkesan lalai dalam pengawasan lingkungannya, sehingga disana sini masih terpantau sampah-sampah berserakan.
“Semestinya bersinergi dengan pemerintah setempat, tidak cukup hanya dengan sosialisasi melainkan aksi nyata secara bersama mewujudkan solusi untuk lingkungan yang bersih dan nyaman,” jelasnya
Bicara soal kesadaran masyarakat, tentunya kata Sabilah, kembalikan lagi kepada pengawasan, apakah dilakukan dengan sungguh – sungguh atau hanya ‘lipstik’, faktanya banyak lingkungan kumuh.
“Apalagi sungai, bukan hanya BKSDA saja tapi juga semua komponen masyarakat harus sadar untuk bergerak bersama pemerintah menjaga alam titipan Allah SWT. Karena itu, Pak camat, Pak kades juga harus turun gunung, pantau langsung setiap jengkal wilayah kerjanya. Ini dilakukan guna menghindari laporan Asal Bapak Sumringah,” imbuhnya.
Sementara itu, pihak UPT Sampah Jonggol, Tisna membenarkan adanya tumpukan sampah, yang merupakan sampah liar dari warga yang tidak bertanggungjawab. Pihaknya mengaku sudah melakukan pengangkutan di area tersebut. Namun lantaran warga yang membandel, jembatan tersebut kerap dijadikan sasaran pembuangan sampah liar.
“Sebenarnya setiap hari diangkut sama mobil opsih. Bahkan kita kerap memberikan himbauan agar tidak lagi membuang sampah di jembatan tersebut, ternyata ada saja yang masih nekat,” ujarnya.
Masih di wilayah timur Kabupaten Bogor, Satuan Tugas (Satgas) Lingkungan Kecamatan Sukamakmur, bahkan terang-terangan mengaku belum memiliki rencana apapun terkait maraknya warga yang membuang sampah di lahan kosong.
“Memang belum ada Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST). Belum ada wacana dan rencana pembangunannya,” jawaban singkat dari Satgas Lingkungan Kecamatan Sukamakmur, Deden Supandi, saat dikonfirmasi melalui pesan singkat, Rabu (5/1/2022).
Keberadaan sampah-sampah ini sebelumnya menuai banyak keluhan dari warga. Pasalnya, sisa buangan warga itu membuat wilayah yang memiliki potensi pertanian, perkebunan, peternakan dan hutan ini, tak sedap dipandang.
Salah satu lokasi tumpukan sampah bisa ditemukan di jalan perkampungan RT 01/RW 02/. Sampah-sampah itu dibungkus dengan plastik. Entah siapa pelaku yang telah mengotori jalan tersebut hingga saat ini masih belum tertangkap tangan. “Berarti belum ada kesadaran warga mengenai membuang sampah pada tempatnya, masih ada yang buang sampah sembarangan,” kilahnya.
Jauh sebelumnya, Sekretaris Daerah Kabupaten Bogor, Burhanudin menyebut, permasalahan sampah bukan masalah main-main karena sudah menjadi kebutuhan dasar masyarakat. Hal ini dikuatkan dengan data Dinas Lingkungan Hidup (DLH) yang mencatat, dari 2.800 ton sampah setiap harinya, hanya 600 ton yang bisa tertangani.
Menurutnya, akibat dari kurang optimalnya pengelolaan sampah yang terjadi adalah penumpukan sampah di kanan-kiri jalan, kemudian sampah di kanan-kiri sungai, bahkan sungai dianggap tempat pembuangan sampah terbesar dan terpanjang. “Mental sebagian masyarakat kita untuk mengelola sampah dengan baik masih harus terus dibangun,” terang Burhan.
Karena itu, ia meminta seluruh perangkat daerah Kabupaten Bogor harus berbuat untuk menyelesaikan masalah sampah. Terlebih saat ini, TPAS Nambo yang digadang menjadi solusi dalam penanganan sampah di Kabupaten Bogor belum juga terealisasi.
“TPAS kita belum optimal, karena sebetulnya kita masih menumpang di TPAS Galuga. Yang jelas masalah ini jadi masalah kita bersama, maka mari kita tanamkan dalam diri masing-masing kira-kira apa yang bisa kita perbuat untuk menyelesaikan masalah sampah. Selama Nambo belum beres kita harus punya strategi penanganan sampah di TPAS Galuga,” tandas Burhanudin. (fuz)
Tags: sampah
-
Merasa Telah Tempuh Perizinan, Pemilik Resto Puncak Asri Merasa Diperlakukan Tidak Adil Oleh Pemkab Bogor
-
PWI Kabupaten Bogor Laksanakan Upacara HUT RI ke-79
-
PWI Kota Bogor Sehatkan Wartawan Lewat Program Jumat Sehat
-
Berto Tumpal Harianja : Kejanggalan Putusan PN Cibinong Harus Diusut