Pamijahan, HRB – Detik detik Bencana longsor dan banjir yang menerjang Desa Cibunian, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor pada Rabu 22 Juni lalu sempat disaksikan oleh salah seorang warga sebelum timbunan tanah dan lumpur meluluh lantakan wilayah Cibunian.
Salahsatu korban selamat, Euis Siti Sumiati (26) mengatakan, bahwa saat itu hujan deras, dia bersama kedua orang anaknya yang masih kecil berada didalam rumahnya. Sedangan, Suaminya yang bernama Andy (30) sedang bekerja di wilayah Jakarta.
“Yang pertama usia 9 tahun perempuan, yang kedua usia 3 tahun Laki-laki,” ungkap Euis Siti Sumiati dijumpai di rumah orang tuanya pada, Jumat 23 Juni 2022.
Euis menceritakan,sebelum terjadi bencana alam banjir bandang dan tanah longsor sempat terjadi hujan deras disertai angin kencang dari pukul 15.00 WIB sore. Sekitar pukul 17.35 WIB petang saat itu Ia damn kedua anaknya dijemput oleh orang tuanya yang bernama Maman (57). Jarak dari rumah orang tua ke lokasi bencana sekitar satu kilometer.
“Waktu pas magrib saya mah dijemput sama bapak (orang tuanya) dari kampung baru ke sini (ke rumah orang tuanya),” katanya.
Saat dalam perjalanan menuju rumah orang tuanya, Euis mengatakan,dirinya sempat menyaksikan tebing-tebing di samping jalan itu tanahnya mulai ambrol, air yang menggenangi jalan itu pun sudah berwarna coklat.
“Jadi pas saat saya dijemput juga disini (Jalan) yang sekarang tertimbun longsor itu memang sudah banyak lumpur dan air (dibadan jalan) juga tinggi pas magrib itu. Pas sampai sini (rumah orang tuanya) itu kejadian (Longsor) jadi alhamdulillah waktu pas terjadinya longsor saya sudah di rumah bapak bersama anak-anak, kalau suami sedang kerja saat itu,” katanya.
Euis mengaku, saat ia keluar dari rumah bersama kedua orang anaknya tidak sempat membawa barang-barang miliknya. Bahkan, baju-pun hanya yang mereka kenakan saja.
“Semua barang ada disana (dirumah) seperti, kulkas, tv, kasur-kasur, bantal, pakaian lemari dan perabotan rumah tangga gak ada yang bisa diselamatkan. Baju tidak ada semua, hanya yang dipakai dibadan saja yang dibawa,” cetusnya.
Lebih lanjut Euis mengatakan, dirinya sudah dua kali menjadi salah satu korban longsor yang terjadi di wilayah itu. Rumah yang ia tempati merupakan relokasi korban longsor yang terjadi pada tahun 2015 silam.
“Iya dulu direlokasi kesana, longsor. Ini yang sekarang longsor itu dulu pernah longsor, ini yang ke dua kalinya,” kata Euis.
Dua kali terdampak longsor yang dialaminya, Euis mengaku, trauma dan ketika hujan turun ia sering merasa pusing kepala. Bahkan, anak-anaknya sempat satu hari tidak mau makan.
“Kalau hujan pusing kepala, cenat cenut, anak juga sempat trauma seharian diem aja engga mau makan, bilang takut terus, liat orang ramai takut, pas dijemput bapa liat bendungan yang disana itu membuncah, si dedenya ngeliat, katanya airnya mateng bu ada asepnya katanya,” ucap Euis sambil menirukan perkataan salah satu anaknya.
Saat ini, Euis menyampaikan, bahwa dia dan warga terdampak lainnya membutuhkan bantuan berupa makanan, obat-obatan, pakaian layak pakai dan selimut.
“Untuk saat ini butuh bahan makanan, obat-obatan, pakaian, selimut juga, cuma mengandalkan dari bapak. Kalau ada tenda pengungsian mending tetap disini dirumah bapak,” katanya.
Sementara itu, orang tua Euis, Maman (57) mengaku, sebelum banjir bandang dan tanah longsor itu terjadi, dirinya sudah memiliki firasat dan memutuskan untuk segera menjemput anak perempuannya dan kedua cucunya yang masih kecil.
“Iya, saat itu saya kan pulang kerja dari proyek, pas sampai rumah kan ada hujan besar yah, mulai jam 3 sore. Abis saya mandi kemudian gelisah pak, gak kuat saya gak tahan ini punya anak dan cucu yang tinggalnya di kampung baru itu. Wah gimana rasanya kata hati saya kan gak enak, udah keluar masuk, keluar masuk rumah akhirnya saya ambil motor kebetulan motornya juga gak hidup gak ada bensin tapi alhamdulillah ada yang jual disini,” kata Maman.
Sesampainya di rumah Euis, kata Maman, dirinya langsung bergegas mengajak Euis dan kedua cucunya untuk segera berangkat menuju rumah Maman.
“Pas sampai sana saya bilang ke anak, Neng, kita pulang kata saya gitu ya ke anak. Lalu, saya ambil aja cucu yang paling kecil digendong, pas sampai ke bawah, hujan deras lagi karena saat itu sempat berhenti sebentar hujannya. Pas begitu, saya pinjam payung dari rumah sodara di daerah situ juga. Pas sampai di rumah saya, gak lama terus terjadi (longsor). Tau kabar longsor itu taunya bukan yang di kampung baru itu awalnya taunya yang disini dekat rumah saya,” katanya.
Maman mengatakan, bahwa keesokan harinya dirinya baru melihat kondisi rumah anaknya tersebut sudah rata dengan tanah.
“Pagi saya liat kondisinya, begitu saya datang kesana, rumah itu sudah ketimbun, rumah anak keliatan sudah bersusun sekitar 4 rumah,” pungkasnya.
Sebagai informasi, Banjir bandang dan tanah longsor menerjang dua wilayah di Kabupaten Bogor pada, Rabu 22 Juni 2022 lalu.
Di wilayah Kecamatan Leuwiliang, Banjir bandang terjadi di Kampung Cisarua, Desa Purasari.
Dalam kejadian itu satu orang merupakan warga Kecamatan Cibungbulang ditemukan dalam kondisi meninggal dunia di aliran sungai Cisadane, Tangerang. Tiga orang warga sekitar sempat terseret arus sungai cisarua namun berhasil diselamatkan.
Sedangkan, di wilayah Kecamatan Pamijahan, banjir bandang dan tanah longsor terjadi di Kampung Muara Baru, Desa Cibunian.
Saat kejadian itu terjadi, satu orang meninggal dunia, seorang ibu dan anak berusia 11 bulan berhasil selamat dan sempat dilarikan ke rumah sakit.
Satu orang hilang dan berhasil ditemukan dalam kondisi meninggal dunia akibat tertimbun meterial longsor pada hari ketiga pencarian oleh Tim SAR Gabungan. (Fex)
Tags: Longsor Pamijahan
-
Pengumuman PSU DPKPP
-
Merasa Telah Tempuh Perizinan, Pemilik Resto Puncak Asri Merasa Diperlakukan Tidak Adil Oleh Pemkab Bogor
-
PWI Kabupaten Bogor Laksanakan Upacara HUT RI ke-79
-
PWI Kota Bogor Sehatkan Wartawan Lewat Program Jumat Sehat