Kota Bogor – TIRTO Adhi Soerjo merupakan pionir pers nasional dengan menerbitkan Medan Prijaji yang didistribusikan secara nasional. Melalui surat kabar harian milik pribumi inilah perjuangan Indonesia dalam meraih kemerdekaan diberitakan secara luas.
Tirto Adhi Soerjo lahir tahun 1880 dan Kabupaten Blora, Jawa Tengah dan meninggal pada 7 Desember 1918, dan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Blender, Tanah Sareal, Kota Bogor.
Semasa hidup, kisah dan sosok Tirto dikenal cukup fenomenal, hingga menginspirasi Pramoedya Ananta Toer membuat buku berjudul ‘Bumi Manusia’. Tirto ditangkap dan disingkirkan dari Pulau Jawa dan dibuang ke Pulau Bacan, dekat Halmahera, Maluku Utara.
Semasa hidupnya, R.M Tirto Adhi Soerjo dikenal sebagai pejuang pena atau sosok Pelopor Pers Nasional (Pribumi).
Melalui tangan dinginnya, beliau disebut pernah memimpin dan melakukan perjuangan bersenjata, politik atau dalam bidang lain untuk mencapai, merebut, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan serta mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa.
Perjuangan yang dilakukan R.M Tirto Adhi Soerjo memang berbeda dengan pejuang lainnya. Perjuangan beliau tidak dilakukan dengan mengangkat senjata, melainkan dengan pena yang menghasilkan tulisan-tulisan kritis terhadap situasi dan kondisi yang dihadapi bangsanya.
Beliau wafat di usia muda 37 tahun dan di makamkan di TPU Blender pada 2006 dikukuhkan sebagai pahlawan nasional. Sebelum itu pada tahun 1970-an pada saat menteri penerangannya Mashuri sudah memberikan penghormatan sebagai perintis pers nasional waktu zaman Orde Baru. Namun kondisi pada saat itu seperti terlupakan sampai Pramoedya Ananta Toer penulis novel itu membuka karya-karyanya Raden Mas Tirto
Tirto dianggap sebagai orang yang paling berjasa atas bangkitnya pergerakan kaum terdidik di Indonesia. Meskipun lahir di Blora, Jawa Tangah, namun Tirto lebih lama tinggal di wilayah Bandung, Jawa Barat. sejak usia muda ia rajin mengirimkan tulisan-tulisannya ke sejumlah surat kabar, baik dalam bahasa Belanda maupun Jawa.
Di Bandung Tirto mendirikan 3 surat kabar, yakni Soenda Berita (1903-1905), Medan Prijaji (1907) dan Poetri Hindia (1908). Medan Prijaji dianggap sebagai surat kabar nasional pertama yang terbit. Medan Prijaji saat itu digemari masyarakat karena menyediakan penyuluhan hukum gratis.
Pada tahun 1906 atau dua tahun sebelum perkumpulan Budi Utomo lahir, Tirto sudah mendirikan organisasi pribumi bercorak modern pertama dengan nama Sarikat Priyayi. Organisasi ini yang kemudian cikal bakal melahirkan surat kabar Medan Prijaji pada tahun 1907. Tirto kemudian mendirikan Sarikat Dagang Islam (SDI) pada tahun 1911 di Bogor. Sarekat Dagang Islam selanjutnya berubah nama menjadi Sarekat Islam setelah H.O.S Tjokroaminoto masuk dalam organisasi atas ajakan H Samanhudi.
Dalam buku Zaman Bergerak: Radikalisme Rakyat di Jawa 1912-1926, karya Takashi Shiraishi, disebutkan Tirto merupakan putra pribumi pertama yang menggerakkan bangsa melalui tulisan. Tirto dikenal memiliki kepiawaian dan ketajaman pikiran dalam setiap tulisannya. Takeshi menyebut Titro sebagai perintis model perjuangan nasional modern, yakni lewat tulisan di koran dan organisasi.
Tirto benar-benar memanfaatkan media yang ia terbitkan sebagai corong suara rakyat melawan kolonialisme. Titro tak gentar dengan risiko atas tulisannya, mulai dari dibuang, diasingkan, hingga dimiskinkan. Bahkan, meskipun sebagai “pemilik media” namun wafatnya tanpa pemberitaan besar.
Dalam buku ‘Pers Pergerakan dan Kebangsaan’ yang ditulis Iswara Noor Raditya Akbar, disebutkan kritik-ktritik Tirto melalui tulisan pemberitaan benar-benar membuat gerah pejabat kolonial Belanda saat itu.
Surat kabar Medan Prijaji yang diterbitkan Tirto pada tahun 1907 tidak hanya berisi kritikan kepada Pemerintah Kolonial. Dalam rubriknya ternyata ada cerita roman fiksi yang dimuat bersambung. Cerita roman yang ditulis Tirto merupakan gambaran kehidupan pada masa itu.
Temanya adalah kisah cinta para nyai atau wanita simpanan dengan segala intriknya. Cukup banyak bumbu seks yang disuguhkan dalam tulisan. Namun hal itu bukan pornografi, karena dianggap lumrah dalam kehidupan masyarakat saat itu.
Dikukuhkan
Nama Raden Mas (RM) Djokomono Tirto Adhi Soerjo resmi diabadikan sebagai nama jalan di Kota Bogor, bertepatan dengan Hari Pahlawan 10 November 2021, Rabu siang. Sang tokoh pers menggantikan nama Jalan Kesehatan di Tanah Sareal.
Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor mengganti nama jalan dengan nama tokoh pers nasional, yakni Raden Tirto Adhi Soerjo. Pemberian nama jalan dengan tokoh jurnalistik asal Kota Bogor tersebut resmi dikukuhkan pada peringatan Hari Pahlawan pada 10 November 2021.
Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim menuturkan nama jalan yang diganti yakni Jalan Kesehatan, di Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. Penggantian nama Jalan Kesehatan menjadi Jalan Raden Mas Djokomono Tirto Adhi Soerjo juga merujuk sekretariat Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kota Bogor yang berada di ruas jalan itu.
“Jalan kesehatan, diganti dengan namanya Tirto Adhi Soerjo. Tirto Adhi Soerjo adalah pahlawan nasional, beliau adalah seorang jurnalis dan berjuang sejak masa awal-awal kemerdekaan,” kata Dedie,
Raden Mas Djokomono Tirto Adhi Soerjo, kata Dedie, termasuk yang menjadi pelopor pers di Indonesia yang saat ini dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Blender, Tanah Sareal, Kota Bogor.
Dengan pencanangan itu, masih kata Dedie, diharapkan bisa membangkitkan semangat pers dalam membangun negeri. (djm)
-
16 Tim Pastikan Tiket 8 Besar Piala Suratin KU-13 dan KU-15
-
APDESI Rumpin Minta Pemkab Bogor Segera Perbaiki Jembatan Leuwiranji
-
Dagang Sajam Untuk Tawuran, Dua Remaja Diamankan Polisi
-
KSO ‘Jor-joran’, Aktivis Lingkungan Minta PT. Jaswita Segera Hentikan Eksploitasi Lahan Resapan Air