Ciawi, rakyatbogor.net – Meski kerap ditertibkan namun sejumlah Pekerja Seks Komersial di kawasan Ciawi, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor masih saja berani mangkal disejumlah lokasi.
Menurut salah seorang sumber, biasanya para penjaja cinta satu malam tersebut mulai bermunculan saat malam hari sekitar pukul 21.00 hingga pukul 02.00 dini hari.
Seperti dituturkan Iwan Maulana, warga Desa Bitungsari yang mengaku sering melihat sejumlah wanita yang diduga berprofesi sebagai PSK mangkal dibeberapa titik di Jalan Raya Ciawi-Puncak.
“Biasanya mereka mulai muncul di atas jam 9 malam dan mangkal disejumlah titik. Bahkan ada yang mangkal di atas jam 1 pagi,” terangnya.
Bahkan ia mengaku sempat iseng menanyakan tarif kepada salah seorang perempuan yang tengah mangkal. Rata-rata kata dia, tarif bookingan PSK berkisar Rp 300 hingga Rp 500 ribu rupiah.
“Iya saya pernah iseng nanya tarif mereka, harganya segitu satu kali main atau short time. Padahal saya cuma iseng aja,” tandasnya.
Menurut dia, rata-rata dari mereka merupakan warga luar Bogor yang mencari peruntungan dengan cara menjajakan diri. Dan kata dia, umumnya para PSK tersebut mengaku terpaksa menjadi ‘Kupu-Kupu Malam’ karena alasan ekonomi.
Meski terpaksa, namun para PSK tersebut tetap menjalani profesi mereka untuk dapat mencukupi kebutuhan serta membayar uang kontrakan. Karena menurut pengakuan salah seorang PSK kepada sumber, di daerah asalnya mereka sulit mendapatkan pekerjaan. Terlebih mereka umumnya hanya mengenyam pendidikan hingga tingkat SD dan SLTP.
“Rata-rata alasan mereka mau menjalani profesi itu karena terhimpit ekonomi. Dan mereka pun tau risikonya. Kasihan juga sih kalau dengar pengakuan dan cerita mereka,” terangnya.
Bahkan kata dia, ada yang sempat mengalami hal tidak menyenangkan saat berkencan dengan pelanggan.”Iya kasihan, malah ada yang mengaku sempat ditipu dan akhirnya gak dibayar sama pelanggannya,” imbuhnya.
Sari (nama disamarkan), salah seorang PSK asal Sukabumi mengaku sudah beberapa tahun menjalani profesi sebagai wanita tuna susila. Ia mengaku terpaksa menjalani profesinya itu, karena sakit hati ditinggal menikah oleh mantan pacarnya.
“Jujurnya profesi ini bertolak belakang dengan nurani saya mas. Tapi mau gimana lagi, kebutuhan banyak, cari pekerjaan susah,” tandasnya yang mengaku masih memiliki kekhawatiran akan potensi terjangkit penyakit menular seperti HIV/AIDS.(asz)
-
Merasa Telah Tempuh Perizinan, Pemilik Resto Puncak Asri Merasa Diperlakukan Tidak Adil Oleh Pemkab Bogor
-
PWI Kabupaten Bogor Laksanakan Upacara HUT RI ke-79
-
PWI Kota Bogor Sehatkan Wartawan Lewat Program Jumat Sehat
-
Berto Tumpal Harianja : Kejanggalan Putusan PN Cibinong Harus Diusut