Cibinong, HRB – Kontestasi Pemilihan Bupati (Pilbup) Kabupaten Bogor kian mendekat waktunya untuk digelar. Sejumlah nama figur pun mulai digadang-gadang rakyat menjadi pemimpin Bumi Tegar Beriman, selama lima tahun kedepan. Rakyat menunggu figur calon yang benar-benar berani untuk tampil menunjukkan elektabilitasnya.
Menyikapi ‘hiruk pikuk’ ini, seorang ‘tokoh’ Kabupaten Bogor yang memiliki ikatan kuat dengan para inohong di Kabupaten Bogor mengingatkan, siapa saja yang akan tampil dan mencalonkan diri sebagai Kepala Derah di Kabupaten Bogor, harus bisa memahami betul tentang kondisi yang dibutuhkan warga masyarakat saat ini.
“Kandidat jangan asal-asalan. Jangan asal memanfaatkan momentum. Sosok pemimpin Kabupaten Bogor harus punya lima ‘rancage’ alias filosofi hidup yakni ulah kosong otak, ulah kosong sungut, ulah kosong hate, ulah kosong suku dan ulah kosong leungeun,” ujar ‘tokoh’ yang sudah begitu banyak dikenal dan banyak yang mengakui menjadi salah satu ‘orangtua’ yang kerap dimintai petuah para inohong Kabupaten Bogor, namun menolak namanya untuk disebutkan kepada Rakyat Bogor, pekan lalu itu.
Lebih lanjut, ‘tokoh’ ini menjelaskan, ‘ulah kosong otak’, artinya tak lain pemimpin nanti harus memiliki kepekaan, cerdas berpikir untuk menentukan langkah-langkah taktis dan inovatif dalam menjadikan Kabupaten Bogor sebagai daerah yang maju, nyaman dan aman dan sejahtera.
“Bogor punya arti sejarah yang panjang yang tentunya tak boleh dikesampingkan begitu saja. Karena itu, pemimpin harus bisa membuat tata kelola pemerintahan yang baik yang benar-benar melindungi,” paparnya.
Begitu juga dengan kata metafora ‘ulah kosong sungut’, yang menurutnya dapat diartikan, pemimpin harus berani bersikap dan mengambil tanggungjawab atas segala sesuatu yang berkenaan dengan kepentingan masyarakat.
“Jangan mau diintervensi oleh kepentingan-kepentingan segelintir kelompok atau oknum yang bisa merusak Kabupaten Bogor,” urainya.
Sedangkan kata ‘ulah kosong hate’ menurut ‘tokoh’ ini, sosok pemimpin yang terpilih harus memiliki rasa kepedulian yang tinggi, tenggang rasa dan tentunya mengedepankan asas kekeluargaan dan kebersamaan dalam mengambil kebijakan.
“Dengan hati yang lapang, tidak mungkin sebuah kebijakan akan timpang. Karena pengambilan sikap dilakukan atas kesadaran akan kepentingan masyarakat banyak bukan golongan,” singkatnya.
Rancage selanjutnya adalah ‘ulah kosong suku’ dan ‘ulah kosong leungeun’, yang menurut si ‘tokoh’ ini, artinya pemipin harus bisa cepat tanggap dalam bertindak dalam segala hal yang berikaitan langsung dengan masyarakat.
“Harus cepat tanggap menanggapi segala sesuatu. Jangan dinanti-nanti ketika itu berurusan langsung dengan hajat hidup orang banyak. Pemimpin harus taktis dalam menjalankan tugasnya. Tak hanya dari sisi bentuk nyata di lapangan tapi juga dalam bentuk regulasi atau kebijakan,” tandasnya.
Sementara itu, pengamat kebijakan publik dan politik, Yusfitriadi menilai, saat ini memang banyak tokoh atau figur yang bisa saja maju pada Pilbup 2024 mendatang. Namun, melihat pada sisi kapasitas dan kapabilitasnya, belum ada yang bisa menjadi sosok sentral.
“Kenapa begitu?, karena mereka terlalu fatsun dengan partai politik. Sebagai seorang politisi, seharusnya mereka bisa menjadikan parpol sebagai kapal bukan hanya menumpang. Ini karena, sistem politik saat ini yang begitu sangat praktis,” ungkapnya.
Terlebih disebutkan Yus, sapaan akrabnya, peta politik Kabupaten Bogor akan dipengaruhi dua hal. Pertama, menunggu hasil Pemilu Presiden dan Legislatif tahun 2024.
“Karena persyaratan jumlah suara untuk mendapatkan tiket kontestasi pada Pilkada 2024 berbasis hasil suara Pileg 2024. Selain itu pemilihan presiden dan wakil presiden akan sangat berpengaruh terhadap peta politik pilkada 2024,” sebutnya.
Kendati begitu, Yus, tak menampik jika dinamika politik di Kabupaten Bogor cukup dinamis. Setidaknya, menurut Yus, sudah ada 3 faksi politik yang sudah ancang-ancang memanfaatkan situasi untuk kepentingan Pilkada 2024.
Pertama, Partai Gerindra. Selain memiliki suara yang sangat signifikan di kabupaten bogor, bahkan memiliki kursi terbesar di parlemen, gerindra juga memiliki 2 tokoh kuat di kabupaten bogor. Yaitu Rudy Susmanto yang sekarang menjabat ketua DPRD Kabupaten Bogor dan Iwan Setiawan sebagai Plt. Bupati Bogor.
“Dua tokoh tersebut memiliki posisi struktural tertinggi di Kabupaten Bogor saat ini. Sehingga saya memandang tidak ada alasan apapun Gerindra untuk tidak ambil bagian penting dalam Pilkada 2024. Selain itu, tentu keduanya sedang menunggu restu dari founding father yaitu Prabowo,” paparnya.
Faksi kedua adalah Partai Golkar, yang selama ini tampil baik sebagai oposisi maupun koalisi.
“Semua bisa melihat, Ketua DPD Golkar saat ini, yaitu Wawan Haikal cukup mempunyai daya tawar, baik di internal Golkar maupun publik. Namun yang saya maksud kekuatan Golkar saat ini justru ada di Ade Ruhendi. Bukan tanpa alasan, sebab Ade Jaro ini merupakan tokoh yang sangat mengakar dan kuat di akar rumput,” bebernya.
Faksi terakhir kata Yus adalah sosok personal yang lebih dominan. Seperti ada Asep Wahyu yang menurutnya cukup populis di akar rumput, meski ketika melihat konteks kepartaiannya merupakan partai menengah.
“Walaupun sangat mungkin diambil partai nasdem jika demokrat tidak memberikan kepercayaan terhadap Asep Wahyu. Selain itu, ada juga figur Tommy Kurniawan saat ini menduduki jabatan anggota DPR RI dapil Kabupaten Bogor dari PKB. Saya memandang juga mempunyai kekuatan populis yang sangat diperhitungkan. Walaupun sama halnya dengan Demokrat dan PKB ini merupakan partai tengah,” sebutnya. (fuz)
Tags: Bogor, Calon Bupati
-
Merasa Telah Tempuh Perizinan, Pemilik Resto Puncak Asri Merasa Diperlakukan Tidak Adil Oleh Pemkab Bogor
-
PWI Kabupaten Bogor Laksanakan Upacara HUT RI ke-79
-
PWI Kota Bogor Sehatkan Wartawan Lewat Program Jumat Sehat
-
Berto Tumpal Harianja : Kejanggalan Putusan PN Cibinong Harus Diusut