Citeureup, rakyatbogor.net – Sejumlah kepala desa di Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor mendadak menggelar pertemuan, Rabu (26/1/2022) malam. Informasi yang diperoleh Rakyat Bogor, ‘rapat’ ini digelar membahas kekecewaan warga terhadap Bupati Bogor, Ade Yasin terkait banyaknya usulan pembangunan yang dicoret Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor.
Saat coba dikonfirmasi soal ini, Kepala Desa Gunung Sari, Uwes Wijaya secara tak langsung tak menampik adanya pertemuan itu. Namun Uwes belum bisa memberikan komentar lebih lanjut karena rapat masih tengah digelar. “Waalikumsalam..lagi rapat pak,” singkatnya.
Sementara itu, kabar terkait ini dibenarkan anggota DPRD Kabupaten Bogor dari daerah pemilihan (dapil) I, Teguh Widodo. Politisi PKS ini membenarkan jika ada pertemuan yang tengah digelar para kepala desa di salah satu kediaman kades di Citeureup.
“Betul, infonya sih seperti itu. Coba ditelepon sendiri deh. Kalau saya baru saja (pukul 20.00 WIB-red) kontek-kontekan dengan salah satu kades soal pertemuan itu,” paparnya saat dihubungi Rakyat Bogor via sambungan telepon.
Saat ditanya perihal pertemuan itu, Teguh tak menampik kekecewaan warganya itu. Menurutnya, tak sedikit usulan yang betul-betul mengakomodir kebutuhan warga namun dicoret tanpa alasan yang jelas oleh Pemkab Bogor.
Namun anehnya, dibalik pencoretan usulan dengan alasan pengalihan anggaran (recofucing-red) Covid-19 itu, Pemkab Bogor justru malah membangun megaproyek ‘Cibinong Beatification Raya’ dengan nilai anggaran yang boombastis, Rp324 Miliar.
“Tentunya, sikap Pemkab Bogor menjadi dilemma. Kami melakukan penjaringan aspirasi begitu selektif tapi tak direalisasi, tapi Pemkab malah punya proyek ratusan miliar. Wajar jika warga pun kecewa,” ungkapnya.
Seperti diketahui, Pemkab Bogor tengah bersolek. Tema ‘Cibinong Beautification Raya’ pun digaungkan. Dana sebesar Rp324 miliar pun digelontorkan untuk membangun pedestrian yang dinulai dari sepanjang jalan Tegar Beriman menuju Stadion Pakansari, Cibinong yang dilanjutkan hingga Jalan Alternatif Sentul hingga berujung pada ikon baru Bumi Tegar Beriman, Tugu Pancakarsa di pintu keluar Tol Sentul, Babakan Madang.
Namun belakang, proyek ini dikritik Ketua DPRD Kabupaten Bogor, Rudy Susmanto. Politisi Gerindra ini menyebut kinerja Dinas PUPR tidak matang dalam perencanaan dan pelaksanaan. Jadi membuat program Kepala Daerah yang secara konsep baik diterjemahkan tidak baik.
“Lebar (jalur-red) pedestrian maupun Jalan Sentul-Kandang Roda tidak seragam, ada yang besar, ada yang kecil, hingga di titik tertentu bisa membahayakan masyarakat pengguna pedestrian,” kata Rudy Susmanto melalui keterangannya, Senin (24/1/2022) kemarin.
Rudy mengatakan kualitas pembangunan sangat tidak baik. Rudy juga mengatakan pembangunan trotoar tersebut menyisakan masalah estetika kota dan kenyamanan pengguna jalan. Dia menyatakan seharusnya Dinas PUPR berkoordinasi dengan instansi terkait.
“Kita lihat saja sekarang, di tengah pedestrian ada tiang listrik. Harusnya berkoordinasi sebelumnya dengan pihak PLN, Telkom, hingga Perusahaan Gas Negara (PGN), agar tidak ada tiang listrik, tiang Telkom dan lainnya di tengah jalan maupun pedestrian,” ujarnya.
Lebih lanjut, Rudy meminta Dinas PUPR harus membuat perencanaan yang lebih matang dalam pembangunan. Jangan hanya membuat Bupati senang tapi menimbulkan masalah akibat pembangunan tersebut.
“Jangan asal-asalan, jangan asal Ibu (Bupati) senang, tapi meninggalkan banyak masalah. Buat perencanaan yang matang dan berkoordinasi dengan instansi lain yang berkaitan dengan sarana utilitas publik,” tandasnya.
Tak hanya Rudi, Direktur Lembaga Pemerhati Kebijakan Publik (LPKP), Rahmat Syamsul Anwar pun memberikan tanggapannya terkait proyek ini. Menurutnya, secara keseluruhan, pembangunan pedestrian ini sangat bagus karena menambah rapi kawasan yang menjadi etalase Kabupaten Bogor ini.
Namun harus diakui, masih ada beberapa kekurangan terlihat dari pedestrian ini, di beberapa lokasi masih terlihat pedangan berjualan di atas trotoar, trotoar dijadikan parkiran motor, kurangnya penerangan jalan dan trotoar pembatas jalan yang belum ditanami serta tidak tersedianya tempat sampah.
“Saya rasa, jika sarana dan prasarana yang memadai bukan tidak mungkin, Pakansari bisa menjadi obyek wisata lokal yang tentunya akan berimbas multi effect terhadap leading sektor kemasyarakatan di Kabupaten Bogor,” paparnya.
Multi effect yang disebut Rahmat, adalah adanya peningkatan kesejahteraan dengan putaran ekonomi, daya serap tenaga kerja serta pemasukan Pendapatan Asli Daerah (PAD) baik di sektor parkir maupun wisata.
“Dengan penataan yang baik, bukan tidak mungkin aspek-aspek ekonomi juga akan tumbuh. Dan itu bisa menjadi solusi yang baik dalam upaya pemulihan ekonomi akibat Covid-19 saat ini, dimana harus diakui, tingkat kemiskinan meningkat seiring dengan banyaknya pengangguran karena diputus kerja oleh perusahaan,” jabarnya.
Lebih lanjut digambarkan Rahmat, dengan tata kota yang baik, bukan tidak mungkin kawasan Pakansari bisa menjadi ‘Malioboro’-nya Kabupaten Bogor. “Terbayangkan bagaimana indahnya Cibinong dengan tata kota yang baik tak semrawut seperti sekarang. Banyak orang datang dengan berjalan kaki, mulai dari Jalan Kolonel Edi Yoso ke Stadion Pakansari dengan fasilitas yang lengkap, bersih dan nyaman,” tandasnya. (fuz)
-
Kirab Merah Putih 1001 Meter Akan Dihelat Di Kebumen, Catat Tanggalnya
-
Distributor Kopgim Tandatangan SPJB dengan Kios Pupuk Bersubsidi Bogor
-
Pengumuman PSU DPKPP
-
Merasa Telah Tempuh Perizinan, Pemilik Resto Puncak Asri Merasa Diperlakukan Tidak Adil Oleh Pemkab Bogor