Gunung Putri, HRB
Ribuan warga yang bermukim di sekitar bantaran Sungai Cikeas-Cileungsi Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor, kerap mengeluhkan air sungai yang berwarna hitam dan bau yang menyengat akibat adanya limbah yang mengalir ke aliran sungai.
Atas hal tersebut, Komunitas Peduli Sungai Cileungsi Cikeas (KP2C) kembali melakukan penelusuran untuk mencari sumber penyebab dugaan pencemaran sungai tersebut. “Kami kembali melakukan penelusuran sungai Cileungsi mulai dari hilir hingga ke hulu,” ujar Puarman, Ketua KP2C, Minggu (20/8/2023).
Menurutnya, penelusuran diawali dari Pertemuan Cileungsi Cikeas (P2C) yang merupakan titik nol kali Bekas. Pada titik ini, terlihat jelas perbedaan warna air sungai Cikeas dan Cileungsi. Air sungai Cikeas berwarna coklat normal, sedangkan air sungai Cileungsi hitam pekat serta bau.
“Terlihat gradasi warna mencolok, serta ikan-ikan yang menggelepar di pertemuan dua sungai tersebut. Setelah pertemuan sungai Cikeas dan Cileungsi namanya menjadi Kali Bekasi, dan disitulah terlihat jelas adanya pencemaran di wilayah sungai,” ucapnya.
Selanjutnya, Puarman menjelaskan penelusuran berlanjut ke hulunya di Curug Parigi yang sisi baratnya masuk wilayah Kabupaten Bogor sedangkan sisi timur wilayah Kota Bekasi. Di Curug Parigi ini air sungai berwarna hitam, bau dan berbuih serta ikan banyak yang mati.
“Pada penelusuran berikutnya di Jembatan Canadian, Kota Wisata yang kiri kanannya masuk wilayah Kabupaten Bogor. Air sungai juga hitam dan bau. Dari temuan ini, terlihat jelas kondisi pencemaran sudah terjadi pada sungai Cileungsi di wilayah Kabupaten Bogor sebelum masuk kota Bekasi,” jelasnya
Tak berhenti di situ, penelusuran dilanjutkan ke hulunya lagi yaitu di jembatan Cikuda, Wanaherang, Kec.Gunung Putri, Bogor. Hasilnya pun sama, air sungai Cileungsi hitam, bau dan tidak ada aktifitas masyarakat di sekitar sungai.
“Di Jembatan Wika, Tlajung Udik, perbatasan Kecamatan Gunung Putri dan Kecamatan Klapa Nunggal, Bogor, penampakan air relatif bersih, tidak hitam, ada warga yang memancing bahkan mandi di sungai.
Artinya warga masih bisa berkegiatan di sungai,” terangnya
Dari hasil penelusuran tersebut secara kasat mata bisa diduga titik- titik mana terjadinya pencemaran sungai Cileungsi. Saatnya DLH Kabupaten Bogor dan DLH Provinsi Jawa Barat untuk Melakukan Penindakan, Pencemaran sungai Cileungsi ini sudah berlangsung lama, bahkan lebih dari 5 tahun.
“Pengawasan dan pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah selama ini, ternyata tidak efektif. Karena pencemaran yang diduga dari limbah industri, selalu terjadi dan berulang tanpa adanya penyelesaian secara tuntas,”katanya lagi.
Pihaknya menyarankan, agar Pemkab Bogor melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Satpol PP, untuk bersikap tegas dalam menyelesaiakan persoalan tersebut. “Harus ditindak tegas pelakunya. Bila perlu, tutup pabriknya dan pidanakan pelakunya, agar ada efek jera,” tegasnya
Masih kata Puarman, masyarakat sudah terlalu menderita dan dirugikan.Pasokan bahan baku air minum untuk ribuan warga kota Bekasi terganggu karena air Kali Bekasi yang merupakan hilirnya sungai Cileungsi terimbas kiriman limbah dari hulu.
Begitupun masyarakat yang bermukim di sepanjang aliran sungai Cileungsi dan Kali Bekasi, merasakan bau menyengat dan terganggu kesehatannya. “Semoga pihak terkait yang diberikan kewenangan terhadap pencemaran sungai Cileungsi, bisa segera bertindak tegas,” imbuhnya. (Asb)
-
Merasa Telah Tempuh Perizinan, Pemilik Resto Puncak Asri Merasa Diperlakukan Tidak Adil Oleh Pemkab Bogor
-
PWI Kabupaten Bogor Laksanakan Upacara HUT RI ke-79
-
PWI Kota Bogor Sehatkan Wartawan Lewat Program Jumat Sehat
-
Berto Tumpal Harianja : Kejanggalan Putusan PN Cibinong Harus Diusut