Klapanunggal, rakyatbogor.net – Lokasi bekas galian limestone di kawasan bukit yang disebut-sebut sebagai Gunung Kapur di Desa Klapanunggal-Kecamatan Klapanunggal Kabupaten Bogor, kini menyisakan kerusakan alam yang cukup luas.
Untuk menyiasati hal itu, melalui Pemerintah Desa dan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), dijajaki kerjasama dengan Perum Perhutani, KPH Jonggol dan RPH Gunung Karang melalui naskah kesepakatan kerjasama (NKK).
Kepala Resort Pemangkuan Hutan Gunung Karang, Usep mengatakan kawasan yang terdapat sebuah Goa ini telah dijadikan agro wisata. “Saat ini sudah resmi di buka untuk umum, dengan harga tiket masuk Rp .10 Ribu per orang. NKK tersebut mitra bersama LMDH dengan Perum Perhutani, RPH Gunung Karang, BKPH Jonggol, dan KPH Bogor,” katanya saat dihubungi Rakyat Bogor, Minggu (6/3/2022).
Agro Wisata Goa Lalay di area bekas galian llimestone ini, kata Usep, masih dalam proses menjadi kawasan agro wisata. Sehingga, pengunjung belum diperkenankan mendekati pintu Goa maupun masuk kedalam Goa eksotik yang kondisi dinding rawan rapuh. “Sementara ini, tak jauh dari pintu Goa ada beberapa fasilitas bagi pengunjung,” ujarnya.
Sementara itu, Heru selaku pengelola Goa Lalay mengatakan jika masih terus dilakukan proses pengembangan, yang diantaranya Taman Selfie, Rumah Pohon, Area Camping, Mushola, Free Wifi, Aula Serbaguna, Gajebo, Cafe & Resto (Cafe Tebing) dan sejumlah Warung.
“Kali ini sedang pembangunan Vila penginapan untuk keluarga, kolam renang yang masih dalam tahap proses perampungannya, Dan masyarakat di sekitar sini pun dilibatkan dalam pengembangan kawasan wisata ini,” singkat Heru.
Terpisah, Aktivis Peduli Lingkungan Bogor Timur, Kisabili mengatakan, bukit ini terhampar limestone, dengan kandungan kalsium arbonat (CaCO3) yang merupakan bahan dalam industri dan konstruksi yang digali selama bertahun-tahun hingga badan bukit. Sehingga berdampak mengalami kerusakan alam yang parah.
“Itu menyisakan sebuah tebing yang terjal dikelilingi hamparan rawa dan semak rendah, hingga ditemukannya sebuah Goa yang dinamakan Goa Lalay (Goa Kelelawar). Dan kini, penduduk setempat yang prihatin atas kondisi alam tersebut, tak tinggal diam ketika upaya reklamasi lahan bekas tambang itu belum kunjung dilakukan oleh pengusaha tambang,” jelasnya.
Sebagai informasi, di Goa Lalay terdapat sungai bawah tanah yang airnya jernih mengalir keluar dari mulut goa yang memiliki kedalaman goa sekitar 100 meter dan di dalamnya ada beberapa ruang lebar berukuran 5 hingga 10 meter serta ada kolam besar yang memiliki kedalaman air mencapai 2 meter.
Untuk menjangkau Goa Lalay yang terbentuk secara alami ini, juga harus menggunakan perahu karet karena jalur masuk tergenang air dengan kedalaman sekitar 2 meter. (Asb)
Tags: Agrowisata, Tambang Kapur
-
Merasa Telah Tempuh Perizinan, Pemilik Resto Puncak Asri Merasa Diperlakukan Tidak Adil Oleh Pemkab Bogor
-
PWI Kabupaten Bogor Laksanakan Upacara HUT RI ke-79
-
PWI Kota Bogor Sehatkan Wartawan Lewat Program Jumat Sehat
-
Berto Tumpal Harianja : Kejanggalan Putusan PN Cibinong Harus Diusut