Jonggol, rakyatbogor.net – Tahun Baru Imlek merupakan perayaan terpenting bagi penganut agama Buddha maupun Konghucu yang merayakan tahun baru imlek dimulai pada hari pertama bulan pertama di penanggalan Tionghoa dan berakhir dengan Cap Go Meh pada tanggal ke-15.
Menjelang malam tahun baru imlek, dikenal sebagai Chúxī yang berarti ‘malam pergantian tahun’ ini dilakukan berbagai persiapan di masing-masing tempat peribadatannya, diantaranya di Hok Tek Bio Jonggol dan Citeureup yang terletak di jalan Jonggol dan Jalan alternatif Citeureup Kabupaten Bogor.
Pengabdi sosial Hok Tek Bio, Chandra (59) bersama sejumlah umat lainnya nampak sibuk membersihkan sekitar lingkungan tempat peribadatan termasuk membersihkan ruang ibadah dan perlengkapannya, diantara patung Buddha, Maung Bodas, Maung Belang dan lainnya yang diyakini memiliki kaitan erat dengan budaya Prabu Siliwangi dengan Eyang Haji Sake.
“Umat Buddha dan Konghucu disini mencapai 500 orang yang merayakan tahun baru imlek. Dimulai pada hari pertama bulan pertama di penanggalan Tionghoa, dan berakhir dengan Cap Go Meh pada tanggal ke-15,” jelasnya, Senin (24/1/2022).
Ia juga menjelaskan, terutama menyambut malam tahun baru imlek dikenal sebagai Chúxī yang berarti ‘malam pergantian tahun’ ini dilakukan berbagai persiapan diantaranya bebersih dan persiapan rangkaian acara yang rutin setiap tahun dengan tradisi leluhur.
Disinggung mengenai mitos yang beredar di kalangan umum bahwa menjelang imlek, ditandai dengan turunnya hujan yang intensitasnya sering, ia menjawab semua itu hanya mitos yang secara kebetulan pada saat menjelang imlek disaat pergantian musim semi atau musim hujan.
“Mitos yang beredar itu hanya kebetulan pas cuacanya pergantian musim yaitu sekarang sedang musim hujan, sebab leluhur meyakini kehidupan manusia menyatu dengan alam, sehingga imlek sebagai peringatan untuk bersyukur dengan harapan kehidupan menjadi lebih baik, peringatannya disaat pergantian musim semi ke musim hujan sebagai rasa syukur atas karunia-Nya,” katanya.
Umat Buddha dan Konghucu, katanya dia, diajarkan untuk hidup damai dengan sesama manusia maupun lingkungan alam Ciptaan-Nya. Untuk membaur dengan lingkungan sekitar yang masyarakatnya heterogen dan beragam penganut agama untuk saling bersosial rukun dan saling menghormati. “Jadi, hujan karena mau ada imlek hanyalah mitos,” tutupnya. (Sab/Asb)
-
Distributor Kopgim Tandatangan SPJB dengan Kios Pupuk Bersubsidi Bogor
-
Pengumuman PSU DPKPP
-
Merasa Telah Tempuh Perizinan, Pemilik Resto Puncak Asri Merasa Diperlakukan Tidak Adil Oleh Pemkab Bogor
-
PWI Kabupaten Bogor Laksanakan Upacara HUT RI ke-79